Kamis, 28 April 2011

Dunia Berharap pada Pangan Indonesia

Biarpun Indonesia masih mengalami berbagai persoalan dalam mengelola produksi beras nasional, namun dunia masih menganggap Indonesia mampu keluar dari krisis pangan. Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengklaim harga beras dalam negeri masih terbilang stabil jika dibandingkan negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Bahkan Presiden Madagaskar mengharapkan Indonesia dapat membagi pengetahuan dan keunggulannya di bidang budidaya tanaman padi yang mereka nilai sangat mengesankan. Hingga Mei produksi Gabah Kering Giling sudah mencapai 31 juta ton atau sekitar 81 persen dari target 33 juta ton.
Jika melihat kenyataannya, tahun lalu Indonesia gagal mencapai target penambahan produksi beras. Awalnya ditargetkan penambahan produksi beras 2 juta ton, namun realisasinya hanya  1,6 juta ton. Impor beraspun dilakukan Indonesia untuk mengisi cadangan beras dalam negeri.
“ Dalam pertemuan KTT tentang Ketahanan Pangan di Roma Italia beberapa waktu lalu Indonesia diakui mampu keluar dari krisis pangan. Semua mengucapkan selamat ke Indonesia. Dunia mengakui produksi pangan kita bagus bahkan negara Madagaskar meminta agar Indonesia membantu negara tersebut akan dapat meningkatkan produksi mereka,” kata Anton usai menjadi Keynote Speaker dalam Lokakarya Gerakan Massal Alih Teknologi (Gamatek) yang digelar Universitas Andalas (Unand) di Hotel Bumiminang kemarin.
Anton mengungkapkan dengan pengalaman dan kemampuan Indonesia dalam sektor pertanian khususnya produksi padi, Indonesia siap mengirimkan tenaga ahli sejumlah yang dibutuhkan, bahkan juga petani unggul Indonesia untuk membagi pengetahuan dan keahliannya, sehingga SDM pertanian padi Madagaskar dapat meningkat.
Anton justru prihatin, bahwa yang mengakui Indonesia selalu bermasalah dengan beras justru masyarakat Indonesia sendiri. Menurutnya jika menggunakan data 10 tahun yang lalu mungkin hal demikian tidak sesuai lagi. Bahkan Indonesia selalu disebut-sebut sebagai importir pangan terbesar. Padahal kenyataannya kata Mentan justru Indonesia termasuk pengimpor yang cukup kecil jika dibandingkan dari presentasi produksi dengan jumlah yang diimpor. Bahkan negara Arab Saudi dan Inggris juga termasuk pengimpor terbesar juga.
“Coba bandingkan dengan negara lain. Tahun 2008 ini harga beras kita paling stabil. Amerika Serikat dan Inggris justru pembelian berasnya dibatasi. Begitu juga dengan Thailand. Di Indonesia kita tidak bisa membatasi pembelian beras. Makanya Indonesia disebut-sebut sebagai satu-satunya negara yang harga berasnya cukup stabil,”  kata Anton lagi.
Anton menegaskan tidak ada satupun di negara di dunia ini yang mampu memproduksi semuanya sendiri. Walaupun Indonesia mengimpor beras, ternyata juga banyak komoditi lain Indonesia yang diekspor, mulai dari karet, valina, Crude Palm Oil (CPO)  dan kakao.
“Kita tidak jelek-jelek amat kok. Kalau swasembada beras bukan berarti tidak ada impor sama sekali. Itu mustahil terjadi. Tahun 1984 justru impor beras lebih besar dari tahun 2005 yang impor berasnya hanya 150 ribu ton.
Tahun ini saja kita mengalami peningkatan produksi di saat negara lain produksi  pengekspor seperti Thailand dan Vietnam menurun,” kata Mentan lagi.
Menurutnya, jika supply beras tersebut dapat terjaga maka harga di pasaran akan relatif stabil. Saat ini, stock beras tersebut tetap dijaga di Bulog mulai dari pengadaan beras dalam negeri dengan pembelian Harga Penetapan Pemerintah (HPP).

Canangkan Padi Tanam Sabatang
Sementara di Padangpariaman kemarin, Mentan Anton Apriantono mencanangkan metoda Padi Tanam Sabatang (PTS) dan penggunaaan kompos jerami, di Kabupaten Padangpariaman. Pencanangan yang dipusatkan di Tani Maju Sakato Korong Chaniago Kenagarian Kasang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padangpariaman tersebut juga dihadiri Asisten II Surya Dharma Sabarin, Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Sumbar  Djoni, Bupati Padangpariaman Muslim Kasim, unsur Muspida, serta kelompok-kelompok tani yang ada di Kabupaten Padangpariaman.
Menurut Anton Apriantono, dengan mulai dicanangkan PTS di Kabupaten Padangpariaman diharapkan ke depannya akan mengairahkan petani untuk turun ke sawah. Karena dari beberapa kali uji coba yang dilakukan, ternyata produksi padi yang dihasilkan meningkat dari pola tanam biasa yang telah dilakukan selama ini. Apalagi ditunjang dengan penggunanan kompos dari jerami, yang selama dibakar petani jika akan menggarap sawah kembali usai dipanen. “Untuk itu saya mengharapkan kepada petani kita untuk beralih ke metoda PTS dan menggunakan kompos dari jerami untuk membantu menyuburkan tanah, dengan mulai mengurangi pupuk-pupuk yang diproduksi pabrik,“ ungkap Mentan.
Kompos jerami, jelas Mentan, sangat baik dan dianjurkan digunakan pada budidaya padi termasuk sistem PTS yang mulai dikembangkan di daerah ini, karena  mempunyai banyak manfaat bagi tanaman maupun bagi tanah serta lingkungan. “ Manfaat kompos jerami ini diantaranya dapat mengemburkan tanah, meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat air. Disamping juga dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah, mengurangi pencucian unsure hara pada tanah dan dapat juga menekan penyakit  tanaman terutama yang bersifat tular tanah, “ tambah Mentan.
Disisi lain Mentan, juga mengharapkan kepada petani di daerah ini untuk berupaya mencari usaha sampingan. Karena dengan semakin terbatasnya lahan pertanian,dipastikan petani tidak akan bisa sejahtera dengan pendapatan yang diperolehnnya dari usaha pertanian. Banyak usaha yang bisa dilakukan petani untuk menambah pendapatan seperti sebagai penyalur pupuk, penangkar benih atau usaha lainnnya untuk menunjang pendapatan. Kemudian masalah permodalan yang dirasakan petani selama, maka pemerintah telah menyediakan kredit tanpa agunan yang mulai disalurkan BRI. “ Kredit ini bisa dimanfaatkan petani untuk menunjang usahanya, “ sebut Anton lagi.
Sementara itu Bupati Padangpariaman Muslim Kasim mengungkapkan, metoda PTS dan penggunaan kompos jerami di Kabupaten Padangpariaman selama ini telah terbukti meningkatkan produksi pertanian. Pada tahun 2007 lalu produksi padi sawah di daerah ini sebesar 4,43 ton per hektarnya dengan total produksi sebesar 240.196,83 jika intensitas pertanaman 2,35 persen tahun. “ Dengan PTS dan penggunaan kompos jerami produksi ditargetkan akan menjadi 288.236,18.18 ton selama setahun untuk dua kali musim tanam.
Hal ini akan mengalami kenaikan sebesar 48.039,36 ton. Artinya Padangpariaman akan mengalami surplus beras dari 30 persen dari total kebutuhan menjadi 45 persen atau sebesar 104.833,53 ton yang sebelumnya hanya 69.889,02 ton, “ ungkap Muslim Kasim. Berhasil pembangunan bidang pertanian di Kabupaten Padangpariaman, tambah Muslim Kasim, ini dibuktikan dengan berhasil dikuranginnya jumlah keluarga miskin di Padangpariaman. “ Kalau sebelumnya KK miskin itu berjumlah 28.000 KK dengan mulai dicanangkan sejumlah program pertanian daerah ini maka  jumlah keluarga miskin menurun  menjadi 14 ribu, “ ungkap Muslim Kasim lagi. (afi/mg13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar